![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig8drQOHkPFt2xQu7zrURwN_FsdyYHrPoIGRHVIEhbzIfsZOV7pZxYu-UJNM79PobQfZbi8Rgo25uFJDMwRkGL6BV3N3hhVZD2tXAmwaBNdLfnusLwE_DcAGSnHBTUix9zMjchhaPFEcGx/s400/dpw-piti-sulsel-peringati-maulid-nabi-di-masjid-cheng-hoo-makassar_20151224_140520.jpg) |
FOTO: tribunnews.com |
"Saya paling sungkan kalau
disuruh ngunjungi peringatan Maulid Nabi"
Beberapa hari yang lalu, kebetulan di kampung saya mengadakan
rutinan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dan beberapa hari yang lalunya
lagi, sebelum acara itu dimulai, banyak yang sudah bertanya, "Mesjid
kene mengko kyaine sopo?" Tiap tahun selalu begitu, yang dinanti
selalu siapa kyainya. Dulu sih pernah, kalau nggak salah tahun kemarin, itu
mengundang kyai dari luar kota, tapi ya paling ceramahnya itu-itu saja.
Sempat siangnya, sebelum malam peringatan Maulid Nabi Muhammad
Saw. saya sempat nyeletuk, "Kok, Mesjid kene orak tahu ngundang kyai
sing gethol (terkenal, dan dianggap pinter) yo?"
Cletukan saya itu tiba-tiba ditanggapi kakek saya, "Alah, paling
ceramahe kokui tok, ngundang kyai gethol percuma, ceramahe paling yo tentang
Maulid." Kalau dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan kakek saya.
Memang kalau yang saya amati selalu begitu yang namanya peringatan Maulid, gak
di kampung saya, gak di kampung tetangga saya, gak di kampung orang tua saya,
gak di depan kelurahan, selalu sosok sang kyai yang menjadi sorotan.
Ada yang mau datang hanya karena kyainya terkenal dan suka
ngelawak (hampir mirip seperti Stand Up Comedy). Ada pula yang
ngunjungi hanya karena ingin dapat makanan gratis. Itu sudah biasa dan gak
masalah, yang penting peringatan Maulid ada pengunjungnya. Soal kyai lain lagi
ceritanya, kalau ini saya juga kurang faham apa motivasinya mengatakan seperti
itu, padahal kan kyai se-gethol-gethol apapun, ya kalau Peringatan
Maulid Nabi paling ceramahnya gitu-gitu aja temanya. Gak jauh dari kehidupan
Nabi, mentok-mentoknya mengeluarkan dalil-dalil keutamaan memperingati Maulid
Nabi. Saya pernah mendapati cerita oleh salah satu kyai yang sudah melalang
buana di acara-acara Maulid Nabi, pernah mengaku kalau yang disampaikannya itu
gak jauh beda. Misal, kyai itu baru mengisi di Masjid A, beliau ngisi ceramah
dengan tema seputar kelahiran Nabi, terus esoknya ngisi lagi di Masjid B,
beliau kembali ngisi dengan tema ceramah yang sama saat ngisi di Masjid A.
Di kampung saya pun sama, kyainya lagi-lagi menjelaskan tentang
penciptaan Muhammad, yang sudah berulang kali didengarkan, bahkan anak piyik
pun sampai hafal proses penciptaan Muhammad, dari mulai Nur (cahaya)
sampai perjuangannya menegakkan Islam. Bedanya, kemarin kyai di kampung saya
juga menyinggung masalah nasionalisme, dan ini baru pertama kalinya saya
mendengarnya di depan Masjid. Sampe lagu "Indonesia Raya" pun
dinyanyiin oleh kyai itu, dan mengajak hadirin untuk berdiri bersama
menyanyikannya, ya mirip-miriplah sama Upacara Bendera, mung orak ono benderone.
Dan, selanjutnya sudah bisa ditebak, ujung-ujungnya sang kyai itu menyindir
ormas yang katanya anti pancasila itu.
Beliau secara gak sadar juga mematikan omongannya sendiri, karena
sebelum kyai itu menyindir ormas yang dimaksud, dia berwasiat untuk menjaga Ukhuwah
Islamiyyah (kurang lebih maksudnya persatuan antar umat Islam). Tapi, Mbok
kiro sing mbok omongi kuwi orak nyakiti ati wong Islam sing mbok sindir kuwi
pak yai? Sampeyan opo njaluk tak antemi bae? Geram saya mendengarkan
ceramah yang katanya mengajak bersatu, tapi secara lisan mengadu. Duh,
Gusti...
Gak cuman perkara kyai sih yang buat saya makin bosan ngunjungi
acara Maulid Nabi, tapi susunan acaranya itu loh yang juga itu-itu saja.
Paling-paling ya pembukaan, sholawatan, pembacaan ayat suci Al-Qur'an (tentu
yang ada kaitannya sama Maulid Nabi), sambutan, dan terakhir Mauidhoh
Khasanah dari sosok yang dilabeli kyai paling joz. Praktis susunan
acara seperti ini saban tahun gak pernah ganti. Dan gak ada pula upaya untuk
mencoba berkreasi.
Soal yang ngisi sholawatan pun hampir sama dengan soal kyai tadi.
Kalau yang ngisi sholawatan itu grup sholawat terkenal, seperti Az-Zahir,
Al-Munsyidin, Al-Muqorobin, dan Al-Al yang lainnya pasti lumayan
banyak yang ngunjungi, apalagi anak-anak yang saat ini digandrungi sholawat
berkat grup sholawatan itu. Hampir di setiap kampung yang ingin memperingati
Maulid juga memerhatikan siapa yang ngisi sholawat. Tapi, kampung saya beda,
cukup setelkan sholawat lewat kaset atau DVD Player pun sudah
bisa memenuhi susunan acara tadi, sembari menunggu pengunjung yang kadang hanya
mau datang saat acara memasuki Mauidhoh Khasanah.
Memang sangat membosankan acara peringatan Maulid Nabi itu. Tapi,
kalau bukan karena rasa cinta kepada Muhammad Saw., saya emoh ngunjungi
acara yang bikin ngantuk itu, mending di rumah nonton sinetron atau acara
dangdut. Oh ya, ada usulan nih, mungkin bagi kampung kalian yang belum ngadain
peringatan Maulid Nabi, buruan gih berkreasi, agar acaranya gak biasa-biasa
aja. Mungkin bisa ngundang artis, atau kalau mau rame, sholawatannya diganti
dangdutan aja.
Komentar
Posting Komentar