Begini Cara Mudah Buat Daftar Isi di Word

Gambar
Hai guys... Apa kabar, ketemu lagi nih, dengan saya yang  kali ini akan memberikan tips tentang bagaimana membuat daftar isi tanpa perlu repot naik turun halaman, hehehe. Mungkin kalian sering ya buat daftar isi mesti naik turun halaman, dan mencari dulu hlaman keberapa. Aduh... masih jaman yang kaya begituan? Serius nih, kalau kalian masih kekeh dengan cara itu, okelah kalau dokumen kalian cuma 10 lembaran. Lah kalau ratusan? Repot deh... Hehehe.. Oleh karenanya, kalian perlu mengupgrade cara buat daftar isi nih, agar tak repot. Oke, langsung saja simak penjelasan berikut: 1. Sudah pasti buka dulu Ms. Word kalian, atau dokumen yang ingin kalian beri daftar isi. Dibawah     saya kasih contoh yang masih kosong, jadi saya hanya memberikan BAB I, BAB II, BAB III, dan     seterusnya saja. Soal isi, nanti lah ya... (ane belum waktunya bikin skripsi soalnya, hehehe) 2. Selanjutnya jangan lupa beri halamannya guys, dengan cara pilih toolbar, lalu pilih - inse...

Jangan Termengong! Mereka Tak Selamanya Musuh

Sumber : detik.com

Indonesia, negara dengan berjuta kekayaan alam, penduduk, dan kebudayaan sudah tak bisa dipungkiri. Pulau Sabang hingga Merauke sebagai bukti nyata bahwa Indonesia itu kaya. Hutan-hutan yang berada di Kalimantan merupakan sumber kehidupan terbesar di negeri ini. Juga tentu masih terhempar kekayaan bahan tambang di Indonesia yang terletak di pulau Papua. Namun, apalah daya tak semuanya dikelola oleh masyarakat Indonesia sendiri, investor-investor dari luar negeri maupun pihak swasta telah menjadi aktor dari pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Hal itu tidak aneh, karena sejak bergulirnya Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang penanaman modal, Indonesia semakin menjadi korban investor luar untuk menanamkan modalnya. Alhasil, tanah nenek moyang yang dulu indah dan sejuk dipandang kini sudah menjadi pabrik-pabrik bercerobong dan juga kilang-kilang minyak mulai bertebaran di seantoro negeri ini.

Para investor itu bak saudagar yang amat kaya dan berkuasa. Mereka secara tega mengeruk hasil alam di Indonesia. Sebagai contoh perusahaan freeport yang terkenal hingga sekarang, sengketa mengenai pembagian hasil antara pihak freeport dan pemerintah Indonesia agaknya sudah menjadi hal yang lumrah terjadi di negeri ini. Hasil pengerukan bahan tambang yang berada di Timika Papua itu sudah berlangsung cukup lama dan berusianya kurang lebih hampir sama dengan lahirnya undang-undang penanaman modal itu. Hal ini membuktikan bahwa undang-undang Tahun 1967 itu memiliki pengaruh yang besar, baik itu bagi kelangsungan hidup saudara kita yang berada di Timika ataupun kemewahan hidup dari para investor itu. Dengan hasil tambang yang selalu dikeruk oleh investor, bukan tidak mungkin kalau nantinya hasil alam Indonesia akan habis dan tak tersisa sedikit pun.

Namun, dibalik dampak yang sangat menyeramkan itu, freeport juga ikut andil dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih setelah industri ini mempekerjakan masyarakat setempat. Hal ini juga secara tidak langsung meningkatkan pendapatan negara yang cukup signifikan. Karena hasil tambang yang terkeruk cukup banyak. Dengan adanya dampak postitif ini, Undang-undang Tahun 1967 tak hanya menguntungkan investor, tapi juga Indonesia itu sendiri.

Selain freeport, masih tersebar industri dari berbagai investor di luaran sana yang menanam modalnya di Indonesia. Termasuk kedatangan raja termasyur dari Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz as-Saud yang telah menanamkan investasi di Indonesia yang nilainya cukup besar. Raja Salman menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia, tentu dibidang yang telah menjadi sumber hidup dari negara Arab itu sendiri, yaitu minyak. Jalinan kerjasama yang dibentuk adalah proyek kerjasama antara Pertamina dan Saudi Aramco, yang diperkirakan nilainya mencapai sekitar 79 Triliun. Investasi sebanyak itu tidak lain karena Indonesia dianggap sebagai negara paling strategis untuk berbisnis. Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak terbesar, sedangkan Indonesia sebagai negara dengan pengguna kendaraan bermotor yang banyak menjadi salah satu alasan terkuat mengapa Raja Salman menginvestasikan modalnya di Indonesia, terutama minyak.

Dari kedua contoh tersebut, sudah dapat membuktikan bahwa Indonesia sangat berharga di mata para investor asing itu. Namun, gencar-gencarnya investasi yang masuk tak ditanggapi senang oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Mereka juga masih beranggapan bahwa kerja jadi buruh untuk pengusaha luar negeri gajinya tak seberapa, selain itu masyarakat juga masih berpikiran kalau industri dari investor luar yang berjalan di Indonesia hanya akan merugikan masyarakat setempat, seperti halnya di Timika yang masyarakatnya harus menyebar karena freeport sudah berdiri di sana. Hal itu sangat benar, dan bahkan mungkin hampir semua orang setuju. Namun, jika selalu berpikir demikian, kapan Indonesia ini akan maju? Kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus sadar, dibalik resiko yang ada pasti ada hikmah yang tersembunyi. Seperti, dengan masuknya investor asing, maka perusahaan-perusahaan besar berdiri, dan itu membuka peluang kerja atau bisa dikatakan lowongan kerja pun bertambah, hal ini tentu bisa menjadikan senjata menangani pengangguran di Indonesia. Selain itu, dengan masuknya investor asing, terutama dari negara-negara maju, ini akan menular ke Indonesia, terutama dalam bidang teknologi. Perusahaan asing yang berdiri kokoh di Indonesia pasti menggunakan alat yang canggih, nah dengan itu masyarakat juga bisa belajar mengenai teknologi yang ada.

Selain dampak positif yang lari langsung ke masyarakat Indonesia, ada juga yang diterima oleh pemerintah Indonesia. Seperti halnya devisa negara yang naik, juga terkenalnya Indonesia termasuk kekayaan alamnya hingga seantero dunia. Dengan itu, masyarakat juga harusnya bisa bersyukur atas apa yang diupayakan pemerintah ini, paling tidak karena investor asing inilah Indonesia tak kekurangan pangan dan pekerjaan. Namun, yang menjadi persoalan pelik lainnya adalah siapkah masyarakat kita untuk menerima investor asing? Dan sanggupkah kita mengikuti arus persaingan global ini?. Pertanyaan itulah yang telah menjadi tanda tanya besar di negara Indonesia.

Soal modal, Indonesia hanya cukup menyerahkannya pada investor asing. Sebenarnya Indonesia tinggal membenahi masalah sumber daya manusianya saja. Demi dapat bersaing di era pasar global yang tengah marak ini. Jika tidak, para investor itu akan mempekerjakan masyarakat dari negara lain, dan apa yang kita rasakan? Hanya termengong melihat kondisi alam yang dirusak, dan tidak mendapatkan hasil apa-apa.

Banyak bidang yang harus dibenahi, dan juga menjadi pandangan pemerintah sebagai upaya menghindari hal yang tidak diinginkan itu. Seperti membenahi kwalitas pemikiran dengan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pengembangan masyrakat terutama di pedesaan juga harus selalu diperhatikan pemerintah Indonesia, karena di daerah pedesaan inilah Indonesia krisis orang-orang yang berintelektual. Masyarakat desa juga cenderung berpikir lebih baik jadi petani daripada jadi buruh. Padahal dengan masuknya investor asing, tak semestinya harus menjadi buruh para pengusaha itu. Mereka yang berpendidikan tinggi juga bisa menjadi manajer di perusahaan yang dikelola para investor. Dengan demikian, Indonesia akan lebih bermartabat di mata negara lain. Namun, agaknya tugas berat ini sangat sulit terealisasikan, apalagi hanya dengan mengandalkan pemerintah, disini peran masyarakat sendirilah yang menentukan. Mereka mau terseret arus pasar global dengan cerdas atau hanya termengong melihat alamnya dikeruk oleh negara lain. Masyarakat juga tak perlu khawatir, karena ada Undang-undang Tahun 1967 tentang penanaman modal yang sudah melindungi kita selama 50 tahun ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peci Kakek

Ingat Kazuki Ito? Kenapa Gamers Sepak Bola Banyak Yang Tidak Suka? Ini Ceritanya.

Mengenal Angkringan, Sekedar Ngopi Atau Mau Sambil Diskusi Juga Boleh, Murah Lagi..